Catatan Psikologi: My Phobia

Pada postingan sebelum-sebelumnya (atau bisa cek disini) saya menuliskan tentang macam-macam phobia.
Phobia adalah satu ketakutan yang kuat, terus-menerus dan irrasional, yang ditimbulkan oleh satu perangsang atau situasi tertentu.
Saya, sebagai contoh, memiliki phobia terhadap kucing. Iya, kucing. Makhluk manis (kata orang-orang tentunya, dan bukan kata saya) yang merupakan hewan kesayangannya nabi, dalam istilah psikologi disebut sebagai Ailurophobia.
Jadi, saat bertemu langsung dengan kucing, saya akan tiba-tiba merasa ketakutan, kaki menjadi dingin, mendadak berkeringat, da jika sudah begitu saya harus sesegera mungkin untuk menghindarinya. Saat tidur dimalam hari, jika mendengar suara kucing dari luar, entah kenapa saya akan mudah sekali tersadar, dan akan menjadi susah untuk kembali tidur sesudahnya.

Apakah pernah diterapi untuk menghilangkannya?
Pernah, karena saya adalah mahasiswa psikologi, jadi sambil berobat jalan (istilah untuk mahasiswa yang kuliah di jurusan psikologi), tapi gagal. Kenapa gagal? Karena secara tak sadar saya menolak proses terapi itu karena banyak sekali interaksi dengan kucing selama terapi, dan saya ga sanggup.
Akhirnya saya pikir, tak apalah, toh ini tidak mengganggu saya dalam kehidupan sehari-hari. Beruntung saya berada dilingkungan yang mengerti dengan keadaan saya, sehingga tidak ada yang memelihara kucing persis didekat saya, terutama di rumah. Dan teman-teman terdekat pun, yang mengetahui phobia saya ini, sangat-sangat menjaga saya jika tak sengaja bertemu kucing di luar.

Setiap phobia pasti berawal dari kejadian traumatis yang tidak mngenakkan, yang kemudian terekam dalam otak, sehingga menjadi ketakutan yang (kadang) dianggap orang berlebihan untuk hal-hal sederhana. Saya contohnya, sering sekali mendengar respon orang-orang yang menganggap remeh ketakutan saya pada kucing.

Pernah sekali, saat masih bersekolah di asrama, seorang guru merasa ketakutan saya pada kucing hanyalah sebuah lelucon, jadi ketika saya sedag tidur, beliau meletakkan seekor kucing persis diatas badan saya, saya kaget, dan saking takutnya melihat seekor kucing sedang duduk manis diatas badan saya hanya terdiam, tidak histeris, saking takutnya, keringat dingin membasahi tubuh saya, wajah pucat pasi, dan untuk berhari-hari ke depannya saya sukses demam tinggi. Shocked.

Jadi, jangan anggap remeh terhadap orang-orang yang punya phobia, karena kita ga pernah tau kejadian traumatic apa yang terjadi pada orang tersebut dimasa lalunya. Sangat bijaksana untuk cepat tanggap dan tidak mencelanya. Bagaimanapun juga, tiap orang pasti punya kelemahannya bukan?

Share:

0 Comments