Lost.

Barangkali tak pernah ada yang bisa menerima dengan baik sebuah kehilangan.

Yang bisa dilakukan hanyalah, mencoba menerimanya, tanpa meratapinya.

Seorang teman baru saja mengalami kehilangan besar dalam hidupnya, sang suami tercinta lebih dulu menghadap sang kuasa. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.
Sedih? Tentu saja, saya yang hanya temannya saja tak kuasa menyimpan tangis.
Dalam perjalanan menuju rumah duka, saya memikirkan bagaimana cara saya menghadapinya, tidak boleh sedih, karena itu akan menambah dukanya, saya ingin terlihat tegar didepannya, demi menguatkannya.
Setibanya disana, saya melihat sahabat saya ini kuat, dan tabah, tak ada raungan atau ratapan, ia menangis, jelas tampak dari matanya yang bengkak, "Aku udah capek nangis, Ngah" ucapnya pada saya, saat kami duduk untuk bicara.

Kemudian ia menceritakan kronologinya dengan tegar, tak ada air mata yang mengiringi ceritanya, hanya sesekali butiran bening menggenang dipelupuk matanya, tapi tak mengalir.

"Abangku bilang, kalo dia udah gak ada, banyakin kirim doa, untuk apa nangis, nangis ga akan jadi apa-apa,  dia ga suka liat aku cengeng, liat aku nangis"

"Aku lega, sebelum dia pergi, dia udah sholat isya, Ngah. Terakhir dia telpon sebelum kejadian, dia bilang, abang udah sholat dek..."

"Wajahnya bersih, Ngah. Trus dia juga senyum. Senang aku liat wajah terakhirnya..."

"...Aku sayang sama dia, tapi Allah lebih sayang dia, Ngah"

Begitu sepenggal cerita kami, saya memposisikan diri sebagai pendengar, membiarkan dia bercerita tentang almarhum semasa hidup.

Tapi, dia jauh lebih kuat dari yang saya bayangkan.

"Dia udah mempersiapkan aku, Ngah, sebelum dia pergi"

Begitu jawabnya...

Semoga Almarhum tenang disana, dan mendapat tempat yang layak. Amiin.
Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu 'anhu

Jodoh, rezeki, maut hanya Allah yang tahu. 

Share:

0 Comments