A Birthday's Gift: A Journey to Ciwidey! #Latepost

Dikelilingi oleh orang-orang yang tulus (bukan penyanyi) sayang sama kita (apalagi bukan keluarga) adalah sebuah anugerah dari Tuhan yang saya syukuri tanpa putus. Keluarga adalah takdir yang Tuhan pilihkan untuk kita, suka tidak suka, mau tidak mau, tapi mereka-lah yang Dia pilihkan, sedang teman, sahabat, adalah keluarga yang kita pilih sendiri, it makes they have a special place in our heart.

Tahun lalu, saya diberi hadiah dari sahabat, keluarga kedua, sebuah perjalanan ke Ciwidey, tempat yang memang belum pernah saya kunjungi, dan rasanya senang sekali, so excited!

Karena mau ala-ala adventure gitu, kami memutuskan untuk tidak naik kendaraan pribadi, melainkan ngebis dari Jakarta-Ciwidey. Jumat dini hari perjalanan pun kami mulai, biar gak terlalu siang sampai di Bandung. Ada cerita lucu saat kami naik bis menuju Bandung, kami menunggu di terminal Rambutan (bukan didalam terminal btw), lalu ada tulisan Jakarta-Bandung, kami lalu naik kedalam bis tersebut, kosong, dan dengan senang hati milih bangku, duduk sebentar, 10 menit...15 menit...ga ada penumpang lain yang ikutan naik juga, 20 menit...seorang bapak-bapak duduk dibangku depan, 30 menit...mulai ngantuk dan siap-siap posisi tidur, tiba-tiba..."Maaf pak, bis ini gak jalan, kita mau pulang..." seorang pria yang baru saja naik berkata pada bapak di bangku depan...

Iya, kami salah naik bis. Hahahaha. Pantesan aja bisnya kosong. Pindah bis, dan ternyata bisnya penuh, dan akhirnya dapat dibelakang, yang non-AC. Gak papalah, daripada mesti nunggu lagi, and here we go!

Lupa persisnya nyampe diterminal Leuwi Panjang jam berapa, pokoknya setelah sampai, kita mampir ke toilet dulu, bersih-bersih, trus nyari sarapan bubur disekitaran terminal, then kita naik elf menuju terminal Ciwidey. Elf ini unik banget, karena mesti sempit-sempitan, hahahaha...Perjalanan yang cukup jauh sekitar 1,5 jam (kalo lancar) luamayan bikin pegel dengan posisi gak-bisa-gerak-apalagi-selonjoran-ini. Dari terminal Ciwidey ini kami (masih) harus naik angkot menuju pintu masuk Kawah Putih. Angkot disini, ga akan jalan sebelum penuh, jadi biar cepet jalan caranya adalah nyari orang-orang yang mau naik juga, jadilah disini kami punya tambahan orang yang kemudian jadi grup selama perjalanan pergi dan pulang ke Kawah Putih. Makin rame, makin seru, another trip with strangers :D



Udah keliatan belum Kawah Putih-nya?

Belum. Sampai dipintu masuk, kami harus beli tiket masuk dulu dan (harus) naik ontang-anting (angkutan khusus menuju Kawah Putih. Ontang-anting ini unik banget, kayak kereta gitu tapi ada rodanya.

Ontang-anting (Pict copy from kawahputihciwidey.com)
Kawah Putih yang tercipta karena letusan Gunung Patuha.
Sejauh mata memandang





Kali lain pengen balik kesini lagi pas ga weekend, ataupun libur sekolah, biar ga rame banget


Ini masker selalu ikut kemana-mana, biar difoto ditempat berbeda... #GGMU





Setelah dari Kawah Putih, kami melanjutkan perjalanan ke Situ Patenggang yang letaknya tak jauh dari sini, masih dengan angkot yang sama, dan penumpang yang sama. Perjalanan menuju Situ Patenggang sangat menyenangkan, karena hamparan kebun teh disepanjang jalan sangat-sangat memanjakan mata.

Selfie bareng kang angkot...hahahahha
Sebagian anggota angkot ciwidey, beberapa ada yg turun ga ikutan foto :D



 
Di Situ Patenggang ini ada sebuah pulau kecil yang berada ditengah-tengah danau, kita bisa menuju kesana dengan menggunakan sampan yang memang sudah tersedia (bayar lho yaaa, ga gratis :p), tapi kemarin waktu kesana saya dan teman-teman tidak ikut menyeberang ke pulau, jadi kita menikmati Situ Patenggang dari gazebo-gazebo dipinggir danau sambil makan gorengan plus cerita-cerita bodoh. :p






Lanjut, setelah dari Situ Patenggang, perjalanan kami harus berpisah dari rombongan, karena beberapa ada yang menginap di cottage, ada yang menginap di homestay, dan ada juga yang kembali ke terminal Ciwidey untuk kembali ke Bandung, sementara kami menuju camping ground di Ranca Upas.

Bumi perkemahan Ranca Upas kala itu sedang ramai, maklum saja kami datang saat weekend, jadi ada banyak sekali orang-orang yang memutuskan untuk camping disini, dari pantauan saya yang camping disini ada anak pramuka, keluarga, komunitas mobil, acara kantor, anak kuliahan, dan kami. Rame! Sebelumnya supir angkot sempat menakut-nakuti kami, katanya perkemahan ini sepi dan rawan, ternyata ruaaameeeeeee...kami saja sampai sulit mencari tempat untuk mendirikan tenda.

Ranca Upas ini dingiiiiinnnnnnn banget, kesalahan pertama saya adalah, lupa bawa baju tebal, dan gak nyangka bakal sedingin malam itu, sekedar untuk menggambarkan bagaimana dinginnya nih, tenda kami sampai mengeluarkan uap-uap gitu, dan itu adalah malam terdingin dalam hidup saya, saking dinginnya sampai ga bisa tidur, kaki udah ga berasa lagi, dan akhirnya berakibat pada kumatnya asma ditengah malam.

Jadi, fyi aja nih...kalo mau camping di Ranca Upas, sebaiknya bawa jaket tebal, selimut, kaus kaki apalagi, dan yang punya asma, obatnya jangan lupa...

Paginya, udah baikan, keluar tenda langsung cari matahari, berjemur, biar badannya sedikit menghangat. Sambil berjemur liat kanan-kiri dan taraaaaaaaa...ternyata tak jauh dari tenda kami ada sebuah kolam air hangat, langsung girang dan ngajakin anak-anak buat nyemplung ke kolam.

Keren gak siihhh viewnyaaaaaaa...




Puas main-main di kolam, kami sarapan, beberes tenda, ngumpulin sampah, then we back to terminal Ciwidey untuk kembali ke Bandung.

Mesjid Raya Bandung



Jalan malam di sepanjang Asia-Afrika dan nemu tulisan ini...:)


Sudut kota Bandung
Street view...




My night view...



















































PS: I'm not selfish to didn't posting my friends on this trip, tapi karena satu dan lain hal jadi gak bisa posting foto mereka disini...:)

Share:

0 Comments