Walking Tour at Bagan Siapiapi

Jembatan Pedamaran

Ini bukan kali pertama saya berkunjung ke Bagan Siapiapi. Kedua orang tua saya berasal dari kota kecil yang berjarak 6-7 jam dari Pekanbaru ini. Dulu waktu masih kecil kami sekeluarga selalu berlebaran disini, ritual ini menjadi jarang saat kami mulai bersekolah jauh dari rumah, jadi moment lebaran lebih dinikmati di Pekanbaru saja, sesekali masih kembali kesana, tapi biasanya tak lebih dari dua hari.

Minggu lalu, ayah dan mama menghadiri reuni SMA mereka di Bagan, saya pun diajak, daripada menghabiskan weekend seorang diri dirumah, mending ikutan kesana, lumayan bisa sambilan jalan-jalan, begitu pikir saya. Enaknya punya banyak teman dan ada dimana-mana adalah, saat kemana-mana ada yang bisa ditelpon untuk diajakin main. Karena tidak berencana untuk mengekor kedua orang tua bernostalgia bersama teman-temannya, jadi saya memutuskan untuk explore kota kecil ini bersama sahabat saya yang tinggal disini.


1. Kedai Kopi dan WiFi

Sebelum memulai perjalanan, kami sarapan disalah satu kedai kopi di kota ini. Oh iya, ada banyak sekali kedai kopi yang bisa kalian temukan kalau sedang main-main ke Bagan Siapiapi, jadi gak sah rasanya kalau gak nyobain makan dan minum kopi disalah satu kedai kopi yang ada. 

Lontong Sayur Bagan, a signature dish
Best Mie Ayam Ever!
Ngeteh di kedai kopi

Lontong sayur Bagan ini diatasnya ditaburi udang ebi yang membuat saya tidak berani menyicipinya, takut alerginya kambuh, lagi pengen jalan-jalan dengan nyaman tanpa disertai dengan alergi jadi saya memutuskan untuk mengambil fotonya saja. Pesanan saya adalah Mie Ayamnya, dan ini mie ayam terenak yang pernah saya makan! Ini selera sih ya sebenernya, tapi ini lebih enak dari mie ayam gerobakan mas-mas yang biasa jualan didepan kos di Solo dulu, lebih enak dari mie ayam yang tempatnya jauuuhhh banget yang kesananya udah setengah jam sendiri dari kosan di Pabelan, pokoknya Mie-nya disini juara! Karena abis jalan jauh dan belum tidur dengan baik, jadi saya memutuskan untuk tidak ngopi dulu, ngeteh aja.

Selain makanannya yang spesial, ada yang menarik dari kedai kopi ini, free WiFi! Iya, ada tulisan gede-gede FREE WiFi didinding dekat pintu masuk, saya iseng nyoba sambil anggap remeh, dalam hati "masa kedai kopi kecil begini ada WiFi-nya" dan begitu saya coba ternyata lancar jaya, sinyalnya bagus, dan ditiap meja lengkap dengan colokannya. Gak nyangka, berkilo-kilo jauhnya dari Pekanbaru sang Ibu Kota provinsi, kedai kopi sekecil ini punya jaringan internet yang bagus, jauh diatas kafe-kafe bagus di Pekanbaru yang instagramable dengan WiFi yang lemot, bahkan ada yang tidak menyediakan sama sekali. Warbiyasak!


2. Meet up with Old Friend

Setelah sarapan kami berjalan kaki menuju sebuah tempat untuk janjian dengan seorang teman yang sudah lama tidak saya temui.

Laughing is liberating...
Mirror selfie...


Gloomy Day



3. Around The City, a Walking Tour

Masih sore dan masih ada waktu untuk berkeliling kota kecil ini. Meski ini bukan pertama kalinya kesini, tapi baru kali ini saya benar-benar menikmati perjalanan kota ini, mungkin karena berjalan kaki, jadi saya lebih banyak melihat sudut lain dari sini.

Entah kenapa rumah kosong ini sangat menarik perhatian saya, seperti menyimpan ceritanya sendiri


Abaikan kantong itemnya, plisss



Kayak lagi di China ya? 

Etnis Tiong Hoa sangat banyak mendiami tempat ini, karena itu sangat banyak Kelenteng yang bisa dijumpai di kota ini. Tempat saya mengambil foto ini berada tepat ditengah kota dan cukup besar bila dibandingkan dengan kelenteng yang lain. Saya ingin sekali masuk dan melihat kedalam kelenteng ini, namun saya lihat ada yang sedang beribadah, dan tidak ingin mengganggu mereka, jadi saya hanya mengambil gambar dari luar saja. Apa nama kelenteng ini, bagaimana kisahnya, saya dan teman saya yang menjadi guide ini pun tak tahu, dan tak ada orang yang bisa ditanyai yang ada disekitar situ.


4. Pasar Ikan dan Jembatan Pademaran

Pagi-pagi sebelum kembali pulang ke Pekanbaru, mama mengajak saya berjalan menuju pasar ikan. Kota Bagan Siapiapi terkenal dengan hasil perikanannya, bahkan dulu pernah menjadi pusat perikanan terbesar di Indonesia. Ada banyak ikan yang belum pernah saya lihat sebelumnya, salah satunya ikan yang mirip sekali dengan ikan lele ini.

Ikan Sembilang
Secara fisik ikan Sembilang mirip dengan ikan lele, tapi yang ini ikan laut dan lebih besar, begitu kuliah singkat yang saya dapatkan dari bapak penjual. Mama membeli beberapa kg ikan untuk dibawa pulang dengan tidak menghabiskan uang lebih dari seratus ribu rupiah, murah dan segar. Ikan yang lain gak sempet foto lagi, karena udah nenteng belanjaan mama.



Jembatan Pedamaran diresmikan pada tanggal 20 Juni 2016 oleh Bupati Rokan Hilir merupakan jembatan kembar yang menghubungkan daerah pesisir Bagan Siapiapi dengan pesisir Kecamatan Pekaitan, Kecamatan Kubu, Kecamatan Pasir Limau Kapas hingga ke perbatasan wilayah antara Kabupaten Rokan Hilir dengan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Provinsi Sumatera Utara, dengan melewati pulau di tengah-tengahnya yaitu Pulau Pedamaran. Jembatan Pedamaran ini diharapkan akan membuka isolasi sejumlah daerah di pesisir Barat Laut Rokan Hilir. (Source: Wikipedia)



Sungai Rokan yang bermuara langsung ke Selat Malaka

Entah kenapa perjalanan kali ini sangat mengesankan buat saya, padahal bukan pergi ketempat asing yang baru dan belum pernah saya datangi atau ke pantai tempat yang saya sukai, tapi rasanya menyenangkan sekali, mungkin karena bersama dengan orang yang juga menikmati perjalanannya, dan mau diajak jalan kaki muter-muter.

Partner jalan
Makasi buklin udah mau nemenin jalan selama di Bagan.

"Gak penting kemananya, yang penting sama siapa-nya"

Happy long weekend, guys...
Jalan terus! 

Share:

0 Comments