A Very Latepost Movie Review: Cek Toko Sebelah

Saat tulisan ini di-publish Film Cek Toko Sebelah dari Ernest Prakasa ini sudah mencapai 2,5 juta lebih penonton. Good job, koh!

Film ini pertama kali tayang 28 Desember 2016, dari pertama kali tayang selalu full house, itu sebabnya saya memilih untuk menonton saat sudah mulai sedikit 'sepi', dihari saya menonton film ini pun masih full sampai bangku depan.

Cek Toko Sebelah bercerita tentang seorang ayah yang akan mewariskan tokonya pada anak keduanya, Erwin sang eksekutif muda yang punya karir bagus, bukan pada Yohan, anak tertua yang berprofesi sebagai photographer. Disinilah konflik bermula, Erwin harus memilih karir atau menuruti keinginan sang ayah.

Cerita sederhana dengan syarat makna, dan dari hasil membaca komentar orang-orang yang sudah menonton filmnya, banyak dari mereka pun mengalami hal yang sama dengan Erwin. Komedi yang dihadirkan dalam film ini pun terbaik dari pendahulunya "Ngenest." Pasangan duo Bekasi Awwe-Adjis menghidupkan suasana toko, ditambah dengan celetukan dari Dodit yang jarang sekali berbicara, tapi sekalinya nyeletuk membuat seisi bioskop tertawa ngakak. Dan yang mencuri perhatian adalah, yang paling feminin di toko Koh Afuk, antara body language sama fisik jauh banget bedanya, dan tetap lucu.

Sepanjang film, penonton akan dibawa naik-turun emosinya. Banyak tertawa kemudian menangis seketika, disambut tawa lagi, dan meneteskan air mata sesudahnya.

Film ini banyak memberikan arti mendalam bagi kebanyakan orang yang menontonnya.

Dari sisi akting, Ernest yang memerankan tokoh Erwin sangat kebanting jauh bila dibandingkan dengan Dion Wiyoko yang memerankan tokoh Yohan, tapi chemistry antara koh Afuk, Yohan, dan Erwin sangat natural menurut saya.

Bila boleh membandingkan dengan film Ngenest, Cek Toko Sebelah jauh lebih matang dan lebih bagus, dan bisa jadi akan menyabet berbagai macam penghargaan, koh Ernest harus nyiapin speech-lah mulai dari sekarang, hehehehe.

Film yang bagus, dan sayang sekali untuk dilewatkan. 9/10.

Cheers!