From Batam to Bintan: Part. 1



Bintan sudah lama ada dalam bucket list, beberapa kali planning kesana gagal terus, Alhamdulillah jelang akhir tahun lalu kesampaian juga ke sana. Sebelum menuju Bintan, dari Pekanbaru kami menuju Batam lebih dahulu menggunakan pesawat dengan perjalanan kurang lebih 45 menit.

Karena kali ini perginya rombongan, jadi transportasi, menginap, makan, dan rute nya udah diatur oleh guide dari tour travelnya, jadi kita cuma ikutin aja itinerary yang udah mereka buat. Sampai di bandara, kami menuju bus yang sudah disiapkan. Begitu tiba guide nya mengarahkan kami untuk makan siang dan sholat di tempat makan prasmanan yang maaf sekali saya lupa namanya, tapi makanannya enak. Hehehe.

Tempat pertama yang kami kunjungi siang itu adalah landmark kota Batam, yang kata guide-nya gak afdhol kalo belum foto disana.



Kesan pertama pas liat tempatnya 'udah? gini doank?' sambil separuh kesel karena susah dapat spot yang bagus buat ambil fotonya. Tapi, yasudahlah ya, biar gak penasaran aja.

Next, rombongan menuju landmark kota Batam berikutnya, yaitu Jembatan Balerang.





Honestly, gak begitu terkesan dengan perjalanan hari itu, banyak yang 'biasa' aja rasanya, karena itu gak banyak stok foto yang bisa di share. Yang menarik justru cerita dari tour guide-nya mengenai kota Batam. Dari Balerang, kami menuju Nagoya untuk belanja oleh-oleh, karena dihari selanjutnya kami akan menyeberang ke Tanjung Pinang dan tidak kembali lagi ke Batam.

On the next day, pagi-pagi setelah sarapan dan check out dari hotel, kami lanjut menuju pelabuhan menuju Tg. Pinang menggunakan kapal Ferry.



Tujuan pertama kami setelah tiba di Tg. Pinang adalah menyeberang ke Pulau Penyengat. Yap, setelah terombang-ambing dalam ferry, kami masih harus berlayar kembali menggunakan pompong, dimana saat itu gelombang sedang tinggi-tingginya, dan angin sedang kencang-kencangnya, ditambah dengan satu pompong dengan mbak-mbak yang histeris disepanjang jalan sambil menangis ketakutan yang kebetulan sekali memilih duduk dibelakang saya. To be honest, saya bukan seorang pemberani menghadapi laut yang seperti ini, teringat kisah menyeberang dari Belitung ke Pulau Lengkuas dimana sepanjang perjalanan saya hanya terdiam membisu saking takutnya. Anehnya, kali ini saya justru bahagia bermain air yang bisa saya sentuh.



Alhamdulillah, kami mendarat dengan lancar di Pulau Penyengat yang siang itu matahari terasa sangat menyengat sekali. Pulau Penyengat pun menjadi salah satu dalam bucket list saya, senang sekali rasanya bisa mencoretnya dari daftar. 











Untuk berkeliling di Pulau ini bisa menggunakan becak motor yang akan mengantarkan berkeliling ke tempat bersejarah lainnya. Sambil menunggu adzan Zhuhur, kami pun menuju Makam Raja Ali Haji sang penulis Gurindam 12.
















To be continue...

Share:

0 Comments